Selasa, 13 Maret 2012

Bersyukur, Rahasia Berkelimpahan


Al kisah di jaman dulu kala, dalam sebuah kampung ada seorang keluarga yang memiliki kuda yang bagus. Keluarga itu menyayangi kuda miliknya. Orang-orang kampung memuji keindahan kuda tersebut dan menganggap keluarga itu sangat beruntung karena memiliki kuda cantik. Beberapa waktu kemudian, kuda cantik itu meninggalkan rumah, entah pergi kemana karena tak ketahuan rimbanya. Keluarga itu sedih dan menganggap Tuhan mulai tidak adil karena memisahkan kuda kesayangannya. Setelah mengalami kesedihan beberapa hari, tanpa diduga sebelumnya, kuda yang telah pergi itu kembali lagi. Saking senangnya, anak laki satu-satunya dari keluarga ini langsung menunggang kuda itu. Celakanya anak itu terjatuh dan kakinya patah. Kembali orang tuanya sedih dan mengatakan Tuhan tidak adil lagi kepada keluarganya, karena menyebabkan kaki anaknya patah.

Akibat kejadian itu, selama beberapa tahun keluarga tersebut menyesali hidupnya karena kaki anaknya patah. Namun mereka baru bisa bersyukur setelah di negeri itu ada wajib militer. Semua pemuda yang sudah cukup umur wajib menjadi militer untuk membela negerinya dari serbuan tentara asing. Dalam kondisi seperti itu, keluarga ini bisa bersyukur karena anaknya tidak wajib militer, sehingga terhindar dari kemungkinan meninggal dunia, atau cacat tubuh akibat berperang.

Berikut ini juga ada cerita yang menarik, tentang bapak teman saya, yang mengalami kecelakaan di jalan tol. Sang bapak sebut saja Hamzah, mobilnya ditabrak oleh mobil home staff Kedubes Arab Saudi. Saking kerasnya mobil itu ditabrak hingga jungkir balik tiga kali. Hamzah selamat, meski ada sedikit luka (tidak parah) dan mengalami shock berat. Karena tabrakan ini begitu hebatnya dan kebetulan di dalam mobil ada beberapa botol minuman syrup berwarna merah, maka botol syrup pecah berantakan dan syrupnya mengalir kemana – mana seperti darah. Kondisi itu membuat penumpang mobil Kedubes Arab Saudi ketakutan, dan mengira Hamzah dan temannya meninggal dunia. Karena itu, ketika mereka menyaksikan Hamzah dan temannya selamat, maka sebagai rasa syukur, pejabat Kedubes memberikan hadiah berupa biaya ibadah haji untuk Hamzah dan temannya, yang belum pernah pergi haji. Dalam kejadian itu, meski saya tidak tahu persis apakah Hamzah bersyukur atau tidak, tetapi yang pasti Allah memberikan hikmah pada kejadian tersebut.

Dua cerita diatas hanya sekelumit dari hikmah yang ada ketika seseorang mau bersyukur dan memaknai setiap kejadian dengan ikhlas. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT.

‘Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan : ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab – Ku sangat pedih’.
Q.S Ibrahim (14) : 7

Syukur adalah menerima apa pun secara ikhlas yang diberikan oleh Allah kemudian menggunakan dan mengelola nikmat yang ada secara baik. Bagaimana agar bisa bersyukur dengan baik? Dalam bersyukur, sebaiknya tidak terjebak pada kondisi tertentu. Kita tidak boleh bersyukur saat mendapatkan sesuatu yang kita sukai tetapi juga saat menerima sesuatu yang tidak disukai. Disukai atau tidak disukai sebenarnya itu adalah nikmat dari Allah SWT, karena Dia selalu memberikan hikmah dibalik semua kejadian.

Dengan sikap bersyukur, orang tidak fokus pada kekurangan yang diberikan Allah SWT tetapi fokus memanfaatkan kekurangan itu agar dapat bermanfaat sebesar – besarnya. Bayangkan saudara-saudara kita yang (maaf) memiliki wajah tidak tampan atau tidak cantik, gembrot, gigi keluar (tonggos), tubuh kecil sekali (cebol) dan kekurangan phisik lainnya. Bila mereka minder, menggerutu serta menyesali hidupnya tentu akan sedih, marah dan hidupnya tidak bahagia. Karena bisa menikmati dan memanfaatkan kekurangan tubuhnya, maka lahirlah pelawak – pelawak yang memiliki bentuk tubuh dan wajah jelek, gembrot, gigi keluar dan cebol. Mereka tidak menyesal (bersyukur) dengan kekurangan tubuhnya karena dengan itu mereka bisa menjadi pelawak terkenal (selebritis) dan hidup berkecukupan.

Syukur dalam kondisi dan situasi apa pun memang berat. Tetapi itulah tantangan hidup. Dengan bersyukur orang merasa tidak ada yang salah dengan apa yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Syukur merupakan salah satu rahasia untuk melipatgandakan kekayaan. Bagaimana syukur bisa melipatgandakan kekayaan? Secara sederhana saya bisa menggambarkan sebagai berikut.

Saya berani mengaitkan sikap bersyukur dengan kecerdasan seseorang untuk menghadapi kemalangan hidup, yang oleh orang barat disebut sebagai Adversity Quotient (AQ). Merujuk pendapat Paul G. Stoltz, Ph.D., Adversity Quotient atau kecerdasan untuk bertahan terhadap berbagai masalah, bukan sekedar kemampuan seseorang untuk bertahan secara pasif dari serangan penderitaan, karena kemampuan seperti ini sudah dimiliki oleh banyak orang. AQ adalah kemampuan mengolah penderitaan menjadi kreasi, prestasi atau peluang bermanfaat. Paul mencontohkan Erik Weihenmayer, sang juara pendaki gunung asal Amerika Utara, yang ternyata tunanetra sejak usia 15 tahun. Meski awalnya banyak orang yang meragukan keputusannya untuk memasuki sekolah olahragawan tetapi ia yakin bahwa kebutaannya tidak akan menjadi penghalang untuk menikmati hidup. “Blindness won’t keep me from having fun”. Bahkan ketika menerima piala pada kejuaraan menaklukkan gunung setinggi 3000 kaki tahun 1955 dan 1996, ia dengan mantap mengatakan bahwa kebutaan mata hanyalah kerikil kecil dan ia hanya membutuhkan cara lain yang berbeda dengan orang normal.”Blindness is just a nuisance and you just have to find a different way of doing it”.
Tetapi sebaliknya, seseorang yang tidak pandai bersyukur dan selalu mengeluh dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT, maka dalam hidupnya tidak akan pernah bahagia dan kemungkinan besar dia akan mengalami kesulitan-kesulitan hidup yang lebih besar, termasuk bertambahnya kesulitan-kesulitan keuangan.

Lalu bagaimana kita mensyukuri nikmat Tuhan? Sebenarnya, dalam shalat itu sudah merupakan bentuk perwujudan rasa syukur. Tapi sayangnya hal ini tidak disadari sebagian orang. Selain shalat, rasa syukur juga bisa kita wujudkan sehari-hari dengan perbuatan yang baik dan berbagi dengan sesamanya atas kenikmatan. Misalnya berbagi ilmu, sedekah dan lainnya.
Apakah ungkapan rasa syukur seperti itu sudah cukup? Menurut saya masih perlu ditambahkan cara berikut ini bila kita ingin mendapatkan hasil optimal dari sikap syukur. Setelah mempelajari ‘rahasia’ syukur untuk meningkatkan kenikmatan termasuk finansial, ternyata ungkapan syukur itu sebaiknya diucapkan setiap hari, saat mau tidur maupun sesaat setelah bangun tidur pagi hari. Baik saat mulai tidur maupun sesaat bangun tidur di pagi hari, kita mengucapkan syukur atas segala nikmat yang terjadi selama pagi sampai menjelang tidur. Kejadian sekecil apapun kita syukuri, dan kita sebutkan satu persatu, misalnya:

· Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, hari ini saya bisa makan dengan baik dengan makanan sayur asem….

· Alhamdulillah ya Allah, hari ini saya bisa ketemu dengan Si A sehingga terbuka peluang bisnis

· Alhamdulillah, pelanggan saya bertambah satu hari ini

· Alhamdulillah, saya pulang selamat dari bekerja

· Alhamdulillah ya Allah, hari ini anak saya berlaku baik kepada saya dan belajarnya rajin

· Alhamdulillah ya Allah, siang tadi saya tidak marah ketika orang memojokkan saya dihadapan orang banyak

· Alhamdulillah, meski hari ini omset bisnis saya turun sekian juta, tapi masih lebih baik dari kemarin

· Alhamdulillah, meski kondisi badan saya hari ini agak sakit, tapi saya masih bisa menyelesaikan pekerjaan hari ini

· Dan seterusnya, sebutkan sebanyak-banyaknya… sampai kita tertidur pulas…

Insya Allah, dengan cara seperti ini kita akan mendapatkan kenikmatan yang berkelimpahan dari Allah SWT. Amin..
Wallahua’lam bishawaab

Tulisan ini juga dimuat di Majalah Nurul Hayat – Surabaya